Selasa, 31 Mei 2011

ENDAPAN KUROKO DAN ENDAPAN SEDEX

ENDAPAN KUROKO DAN ENDAPAN SEDEX
1. Endapan Kuroko
Endapan Kuroko adalah endapan yang berupa urutan pengendapaan dari pada logam –
logam sulfida dan sulfat. (“Strata bound poly metallic sulphida – sulfhate deposits“).
Proses pembentukannya erat sekali dengan kegiatan vulkanisme bawah laut dan
dipengaruhi oleh pengaruh aktivitas hidrotermal.
Contoh endapan yang dibahas adalah yang terdapat di Kosako dan Fiji, Jepang. Endapan
serupa terdapat di Kanada , Rio Tinto, Iran, Australia dan Skandinavia.
Ciri – ciri endpan Kuroko adalah sebagai berikut :
· kejadian , bermula daripada bentuk tubuh berupa pipa yang mengalami mineralisasi
karena pengaruh aktivitas vulkanik (“volcanogenic origin“). Kemudian diikuti
aktivitas hidrotermal dengan urutan kejadian antara lain.
- Siklus Pengendapan diawali oleh ekstrusi berupa masif berbentuk bataun
bereksi desitik yang agak berlapis (“ poorly bedded dacitic breccias “) yang
berumur Miosen – Pliosen.
- Karena kandungan gasnya yang makin lama makin bertambah, maka
akhirnya terjadi peledakan (eksplosif) dan menghasilkan endapan pumice
yang sangat banyak.
- Kontak antara gas yang dikeluarkan dengan air laut dan batuan sedimen
yang ikut tercampur menyebabkan terjadinya pelarutan.
- Selanjutnya terjadi proses konsentrasi dan pelarutan daripada uap, gas dan
air laut.
- Kemudian terjadi endapan disekitar lubang/vent daripada kepundan.
- Karena pengaruh hidrotermal yang kemudian aktif maka terbentuklah
endpan bijih.

Endapan yang terbentuk bisa berupa “ dissemnated veins “ dan “ irregulear spheroidal
pods “ atau berupa “ massive lenticular bodes “ dengan memperlihatkan kenampakan
perlipatan (“Strata bound “).
- Urutan proses mineralisasinya diawali oleh pembentukan formasi gipsum
yang mengalami proses ubahan silifikasi dan argilitisasi dicirikan oleh
adanya mineralisasi yang intensif.
- Setelah itu terjadi proses mineralisasi sulfida komplekx (mixed sulphide
mineralization) dan arhilitasasi yang intensif.
- Selanjutnya terjadi aktivitas fumarola yang bersamaan dengan proses
peledakan yang menghasilkan breksi pumice dan aglomerat.
- Endapan yang terbentuk merupkan hasil sublimasi dan terdapat disekeliling
lubang/vent fumarola dan mengandung logam – logam Fe, Cu, Pb dan Zn
yang terjadi pada temperatur rendah.
- Bentuk struktur bijih bisa berupa : “brecciated ore” dan “ homogenous
laminated pyrite – sphalerite dan scatteered barite “.
- “Banding struktur“ dan “collofrm“ (gel) terjadi di ruang terbuka (air –
udara).
- Penyebaran endapan kearah sulfida Pb, Cu – Zn berkonsentrasi kearah atas
(“top“) daripada seluruh endapan, sedangkan endapan sulfida Cu menyebar
kearah bawah (“bottom“). Mieneral konvelit terbentuk pada“ zona
supergene enrichment “ dan berada dibawah daerah gossan.
Kesimpulan :
* endapan type Kuroko, erat hubungannya dengan kegiatan vulkanisme bawah laut
dan berumur Miosen – Piliosen.
* Logam yang ekonomis berupa Cu, Pb, Zn, Ag, Au serta endapan non logam barit
berat dan Ca sulfat.
* Tubuh bijih berbentuk “stratiform“ atau “Lenticular bodies“ didapati selaras dengan
kedudukan bataun sedimen yang mengeliliginya.
* Mineralisasi epigenetik ditandai oelh bentuk “ vein, Stockwork dan disseminated “.
* Mineralisasi epigenetik ditambah oelh bentuk “ stratebound “
* Endapan Kuroko utama ( “ the major Kuroko deposit “ ) terdapat diatas “ Beniof
zone “ pada kedalaman sekitar 150 kilometer.
Cara – cara prosepekting :
1. cari batuan vulkanik asam yang berumur Mision – Plisen, terutama yang terdiri dari
pada material dengan bentuk vesiculair dan besar.
2. buat urutan stratingrafi batuan piroklastiknya.
3. cari pusat erupsi yang ditandai oleh endapan lava demo yang terbaru.
4. tentukan arah – arah gaya tektonik yang telah bekerja dari kenampakan struktur –
strukturnya.
5. analisa keadaan paleografinya, khususnya struktur pengendapan mineralisasi.
6. pelajari jenis dan proses alterasi daripada “ host rock “ nya serta penyebaran mineral
sulfidanya.
Atas dasar data – data yang dikumpulkan diatas, maka embatasan daerah endapan
tipe Kuroko bisa ditentukan.

2. Endapan Sedex (s edimentary exhalative)
SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang
berasosiasi dengan batuan sedimen. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif
yang interbedded dengan perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen kimia seperti
rijang, barit dan karbonat serta sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan argilit,
dimana pegendapannya terjadi di dasar laut. Ketebalan perlapisan masif sulfida berkisar
dari beberapa milimeter hingga beberapa meter. Masif sulfida sendiri terdiri dari selangseling
dari perlapisan sulfida besi (pirit dan/atau pirhotit) dengan sfalerit dan galena.
Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar
laut melalui suatu saluran (“vent”). Saluran ini berupa zona yang memotong bagian
bawah perlapisan batuan sedimen (“footwall”) dan memasuki horizon sulfida masif
diatasnya. Saluran hidrotermal ini hadir/teramati sebagai jaringan urat-urat (“vein
networks”) dan/atau penggantian batuan induk (“replacement”) pada batuan “footwall”
namun sering sulit diamati dan bahkan tidak selalu hadir. Pembentukan sulfida masif
terjadi pada saat yang bersamaan dengan batuan induk (“syngenetic”). Namun bisa juga
mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati
sedimen induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa. Cekungan sedimen
dimana SEDEX terbentuk paling sering dibatasi oleh sejumlah patahan (basin-bounding
faults) dan cekungan ini biasanya berada dalam suatu cekungan besar (large sedimentary
basins) yang memiliki kisaran umur dari 300 juta hingga 1,8 milyar tahun.
Dalam eksplorasi, selain menggunakan metoda pemetaan geologi konvensional, untuk
tahapan awal endapan SEDEX dapat diselidiki dengan menggunakan metoda geokimia
endapan sungai aktif dan tanah. Untuk wilayah drainase yang alirannya bersumber dari
endapan SEDEX, hasil metoda geokimia endapan sungai biasanya akan menunjukkan
nilai anomali unsur-unsur Pb, Zn, Ag dan Ba yang cenderung berkorelasi positif. Pada
penyelidikan geokimia tanah, anomali keempat unsur ini akan cenderung mengarah
kepada lokasi yang diperkirakan sebagai zona endapan SEDEX
Jika mengacu kepada endapan SEDEX yang sudah ditemukan di Daerah Dairi Sumatera
Utara, karakteristik geologi yang dapat dikutip adalah sebagai berikut:

 Zona SEDEX berada dalam batuan induk jenis silty carbonaceous shales (lanau
karbonan), zona ini mencapai permukaan. Posisi bijih dimulai dari permukaan hingga
sekitar 200 m. Satuan batuan lain yang juga bisa dijumpai di permukaan adalah:
dolomitic siltstones yang termineralisasi, shale-dolostones dan dolostones dimana
lode juga ditemukan dibatas kedua satuan ini. Semua satuan batuan serta bijih
menyebar hingga ke permukaan sehingga bisa dipetakan.
 Zona SEDEX sendiri berada pada footwall patahan dalam batuan silty carbonaceous
shale dan sejajar perlapisan searah sayap antiklin. Secara regional satuan-satuan
batuan ini dikenal sebagai batuan black shale, siltstones dan batuan karbonat dari
Group Tapanuli berumur Karbon (300 juta tahun) yang sebelumnya tidak dikenal
sebagai batuan induk bagi mineralisasi.
Dengan melihat keadaan geologi regional maupun lokal, daerah penyelidikan merupakan
bagian dari batuan tua yang sudah terangkat, hal ini sesuai dengan penampakan di
lapangan dimana cukup luas tersingkap batuan metamorf (batusabak). Bila dikaitkan
dengan ciri-ciri umum endapan SEDEX maupun yang ada di Dairi Sumatera Utara,
beberapa pengamatan penting yang bisa disampaikan disini adalah:
 Adanya singkapan batusabak yang memiliki umur kurang lebih sama dengan
formasi batuan di Dairi.
 Dijumpainya batusabak yang memiliki urat-urat kuarsa yang umumnya sejajar
dengan foliasi dan sebagian kecil memotong bidang foliasi sembarang arah.
 Di tempat tertentu terutama pada batas antara breksi termineralisasi dan
batuan metamorf, dijumpai ubahan dan sulfida (pirit) pada batusabak/serpih.
Memberi kesan adanya larutan pembawa mineralisasi menerobos batuan
serpih melalui zona lemah dan mengubah batuan (epigenetik).
 Teramati struktur yang memotong batuan metamorf dan mengandung
“stockwork” kuarsa.

Hasil pengamatan lapangan tidak serta merta memastikan ada tidaknya tipe endapan
SEDEX di daerah penyelidikan karena ciri utama yaitu endapan sulfida Seng dan Timah
hitam yang mengikuti perlapisan batuan tidak teramati. Namun, dengan diperolehnya
sejumlah conto batuan serpih/sabak yang mengalami ubahan dan mineralisasi,
memastikan bahwa proses pembentukan mineralisasi logam telah berlangsung di daerah
penyelidikan ini.
Indikasi Emas Epitermal
Berdasarkan pengamatan geologi daerah penyelidikan, kehadiran batuan breksi
termineralisasi yang terlihat seolah memotong batusabak ataupun sedimen
termetakan/serpih cukup menarik untuk dikaji. Kehadiran breksi yang komponennya
batuan gunungapi ini diperkirakan sebagai breksi hidrotermal. Biasanya terjadi akibat
tekanan larutan hidrotermal yang cukup tinggi terkurung oleh lapisan batuan dan lalu
tiba-tiba menghancurkan batuan penutup diatasnya (batuan metamorf dan gunungapi)
pada zona lemah akibat struktur. Kehadiran breksi hidrotermal semacam ini
mengindikasikan adanya pembentukan mineralisasi yang lebih muda dari umur endapan
SEDEX yang dicari.
Dari data pengamatan megaskopis, breksi ini mengandung mineral sinabar dan pirit.
Sinabar merupakan mineral yang terbentuk pada suhu rendah dan biasanya berasosiasi
dengan endapan emas epitermal dekat permukaan. Hal ini sesuai dengan kenyataan di
lapangan bahwa daerah pemunculan breksi hidrotermal ini merupakan bekas
penambangan emas tradisional. Dalam kaitannya dengan pencarian endapan SEDEX,
pemunculan tipe mineralisasi emas epitermal bisa mengaburkan pengamatan lapangan
apabila terdapat pada satu lokasi dengan endapan SEDEX. Andaikan endapan SEDEX
benar-benar telah terbentuk di daerah penyelidikan ini maka mineralisasi emas epitermal
yang jauh lebih muda telah menutupinya.
Untuk mengetahui adanya sulfida logam yang terbentuk pada umur yang jauh lebih tua
(jenis SEDEX) dibandingkan endapan emas epitermal memerlukan penelitian lebih lanjut
misalnya mengidentifikasi jenis sulfida logam yang benar-benar berasosiasi dengan
sedimen atau sedimen termetakan yang ada. Penelitian ini lebih memungkinkan
dilakukan/ditekankan di bagian selatan daerah penyelidikan sekarang, oleh karena secara
geologi bagian selatan lebih banyak ditempati batuan metamorf berumur tua dimana
mengandung urat kuarsa sehingga paling mungkin berasosiasi dengan endapan SEDEX.

Namun karena daerah ini sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung maka tidak
seluruhnya dapat diselidiki.
Kesimpulan
* Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak teramati singkapan endapan
sulfida logam tipe SEDEX. Namun, petunjuk sangat awal kemungkinan adanya
endapan SEDEX diperoleh berdasarkan hasil penafsiran dari data anomali geokimia
endapan sungai aktif khususnya adanya peningkatan nilai Pb, Zn dan Ba yang
mencolok.
* Tipe endapan emas yang ada diperkirakan berdasarkan kehadiran mineral sinabar
bersama emas dijumpai G. Talakik adalah epitermal. Sesuai dengan lingkungan
batuannya, endapan emas ini diduga berumur Tersier dan jauh lebih muda
dibandingkan dengan endapan tipe SEDEX yang dicari atau diduga tumpang tindih.
* Secara spasial keterdapatan mineralisasi emas epitermal dalam batuan breksi
hidrotermal yang menerobos lingkungan batuan tua (metamorf) atau serpih dan batuan
gunungapi andesitik terdapat bersamaan dengan anomali Pb, Zn dan Ba.
* Deduksi yang dapat disampaikan: larutan hidrotermal pembawa emas pada kondisi
yang berbeda namun pada lokasi yang sama secara teoritis bisa saja indikasi pembawa
endapan SEDEX (epigenetik) di daerah ini. Namun hal ini masih merupakan
pembuktian dengan metoda lain secara sistematis.

1 komentar: